PERTEMUAN 12
BAB IV
PERUBAHAN
MASYARAKAT INDONESIA PADA MASA PENJAJAHAN DAN TUMBUHNYA SEMANGAT KEBANGSAAN
Peta Konsep
Setelah mempelajari uraian pada bab ini, kalian diharapkan mampu:
1.
Menjelaskan latar belakang, proses, dan reaksi
bangsa Indonesia terhadap kedatangan bangsa-bangsa Barat ke Indonesia.
2.
Mendeskripsikan kondisi bangsa Indonesia
akibat monopoli dan adu domba penjajah.
3.
Mendeskripsikan pengaruh kebijakan kerja
paksa, sistem sewa tanah, dan dan sistem Tanam Paksa pada masa penjajahan.
4.
Menjelaskan perjuangan rakyat Indonesia di
berbagai daerah dalam menentang kolonialisme dan imperialisme Barat.
5.
Menganalisis pergerakan kebangsaan Indonesia
dalam memperjuangkan kemerdekaan.
6.
Mendeskripsikan perjuangan pergerakan
kebangsaan pada masa pendudukan Jepang.
7.
Menjelaskan perubahan masyarakat Indonesia pada
masa penjajahan.
8.
Menyajikan hasil analisis perubahan masyarakat
Indonesia pada masa penjajahan.
PERTEMUAN 13
A.
Kedatangan
Bangsa-Bangsa Barat ke Indonesia
Berbagai keunggulan yang dimiliki bangsa Indonesia menjadi salah satu pendorong
bangsa-bangsa asing untuk datang
ke Indonesia. Bukan hanya bangsa-bangsa Asia, tetapi bangsa-bangsa Eropa yang
letaknya ribuan kilometer dari Indonesia tertarik dan berdatangan ke Indonesia.
Kedatangan bangsa-bangsa asing ke Indonesia
sempat merugikan bangsa Indonesia.
1.
Latar
Belakang Kedatangan Bangsa Barat
a.
Daya tarik
Indonesia bagi Bangsa-bangsa Barat.
Adanya
rempah-rempah di Indonesia yang memiliki 2 musim, yaitu musim hujan dan musim
kemarau memungkinkan berbagai tanaman mudah tumbuh dan berkembang. Hal ini
menyebabkan Indonesia memiliki rempah-rempah yang melimpah ruah. Keadaan yang
seperti ini menyebabkan negara Indonesia menjadi incaran negara-negara lain,
bukan saja negara-negara Asia tetapi juga negara-negara di Eropa.
b.
Motivasi 3G
(Gold, Gospel, dan Glory)
Gold
artinya emas yang identik dengan kekayaan,
Gospel
artinya keinginan. Dalam hal ini adalah keinginan bangsa barat untuk menanamkan
atau menyebarluaskan kepercayaan mereka khususnya nashrani (Agama Kristen) ke
bangsa-bangsa di Asia. Afrika dan Amerika Selatan.
Glory
artinya kejayaan bangsa. Hal ini dapat diartikan bahwa kedatangan bangsa-bangsa
barat ingin menunjukan kedigdayaan bangsa dengan mencoba menaklukan bangsa
lain.
c.
Revolusi
Industri
Revolusi
industri merupakan salah satu pendorong imperialisme modern. Bangsa-bangsa
eropa telah mengetahui sejak lama keberadaan rempah-rempah di Nusantara
(Indonesia). Namun pada masa tersebut mereka masih kesulitan dengan adanya
masalah transportasi, kondisi politik, dan keamanan.
Revolusi
industri yang terjadi sekitar tahun 1750-1850 merupakan salah satu pendorong
kedatangan bangsa-bangsa barat ke Indonesia.
Revolusi
Industri ini adalah pergantian atau perubahan secara menyeluruh dalam
memproduksi barang dari sebelumnya menggunakan tenaga manusia dan hewan menjadi
tanga mesin.
Penggunaan
mesin dalam industry menjadikan produksi lebih efisien, ongkos produksi dapat
ditekan, serta barang dapat diproduksi dalam jumlah besar dan cepat.
Salah
satu pengaruh Revolusi industri adalah penemuan mesin uap yang dapat dijadikan
mesin penggerak perahu. Perjalanan laut yang lama bias menjadi lebih singkat.
Selain
itu pula penemuan lain seperti kompas, mesin pemintal, dan lain sebagainya.
Penemuan-penemuan tersebut memicu bangsa-bangsa Barat untuk melakukan berbagai
petualangan.
PERTEMUAN 14
1.
Kedatangan
Bangsa-Bangsa Barat ke Indonesia
Bangsa-bangsa
barat yang pernah datang ke Indonesia:
·
Portugis
·
Spanyol
·
Inggris
·
Belanda
(Bangsa yang paling lama menjajah Indonesia).
Selain
bangsa-bangsa di atas, ada juga negara yang sama dari benua Asia yaitu Jepang.
Berikut
ini adalah rute kedatangan Bangsa Belanda ke Indonesia.
a.
Kedatangan
Bangsa Portugis di Maluku
Perjalanan bangsa Portugis
mencari sumber rempah-rempah diawali dari kota
Lisabon, Portugis. Pada tahun 1486,
Bartolomeus Diaz melakukan pelayaran pertama
menyusuri pantai barat Afrika. Ia bermaksud melakukan
pelayaran ke India, namun
gagal. Portugis mencapai Malaka pada tahun 1511 di bawah pimpinan Alfonso d’Albuquerque. Ia berhasil
menguasai Malaka dan Myanmar.
Selanjutnya Portugis menjalin hubungan dagang dengan Maluku. Pada tahun 1512,
bangsa Portugis telah berhasil sampai di Maluku di bawah pimpinan Antonio de Abreu dan Fransisco Serao.
b.
Ekspedisi
Bangsa Inggris
Persekutuan dagang milik
Inggris diberi nama EIC (East Indian Company). Di dalamnya bergabung para
pengusaha Inggris. Walaupun Inggris tiba di Kepulauan Nusantara, pengaruhnya
tidak terlalu banyak seperti halnya Belanda. Hal ini disebabkan EIC terdesak
oleh Belanda, sehingga Inggris menyingkir ke India/Asia Selatan dan Asia Timur.
c.
Kedatangan
Bangsa Belanda di Jayakarta (Jakarta)
Jayakarta merupakan
pelabuhan penting di Pulau Jawa yang kemudian menjadi markas VOC. Bagaimana
proses kedatangan Belanda di Indonesia? Seorang pelaut Belanda Cornelis de
Houtman memimpin ekspedisi ke Indonesia.
Pada tahun 1595, armada de
Houtman mengarungi ujung selatan Afrika, selanjutnya terus menuju ke arah timur
melewati Samudra Hindia. Pada tahun 1596, armada de Houtman tiba di Pelabuhan
Banten melalui Selat Sunda. Kedatangan Houtman di Indonesia kemudian disusul
ekspedisi-ekspedisi lainnya.
Dengan banyaknya pedagang
Belanda di Indonesia maka muncullah persaingan di antara mereka sendiri. Untuk mencegah persaingan yang tidak sehat,
pada tahun
1602 didirikan Vereenigde
Oost Indische Compagnie (VOC/Perserikatan Maskapai Hindia Timur) yang merupakan
merger (penggabungan) dari beberapa perusahaan dagang Belanda.
Gubernur Jenderal pertama
VOC adalah Pieter Both. Ia mendirikan pusat perdagangan VOC di Ambon, Maluku.
Namun kemudian, pusat dagang dipindahkan ke Jayakarta (Jakarta) karena VOC
memandang bahwa Jawa lebih strategis sebagai lalu-lintas perdagangan. Selain
itu, Belanda ingin menyingkirkan saingan mereka, yaitu Portugis di Malaka.
Pangeran Jayawikarta
(penguasa bagian wilayah Banten) memberi izin kepada VOC untuk mendirikan
kantor dagang di Jayakarta. Selain memberikan izin kepada VOC, Pangeran
Jayawikarta juga memberikan izin pendirian kantor dagang kepada EIC (Inggris).
Kebijakan ini membuat Belanda merasa tidak menyukai Pangeran Jayakarta.
Gubernur Jendral VOC Jan
Pieterszoon Coen membujuk penguasa Kerajaan Banten untuk memecat Pangeran
Jayawikarta, sekaligus memohon agar izin kantor dagang Inggris EIC dicabut.
Pada tanggal 31 Mei 1619, keinginan VOC
dikabulkan raja Banten. Momentum inilah yang kemudian menjadi mata rantai
kekuasaan VOC dan Belanda pada masa berikutnya.
VOC menikmati keleluasaan
dan kelonggaran yang diberikan penguasa Banten. Jayakarta oleh VOC diubah
namanya menjadi Batavia. VOC mendirikan benteng sebagai tempat pertahanan,
pusat kantor dagang, dan pemerintahan. Pengaruh ekonomi VOC semakin kuat dengan
dimilikinya hak monopoli perdagangan. Masa inilah yang menjadi sandaran
perluasan kekuasaan Belanda pada perjalanan sejarah selanjutnya.
PERTEMUAN 15
B.
Kondisi
Masyarakat Indonesia pada Masa Penjajahan
1.
Pengaruh
Monopoli dalam Perdagangan
Monopoli adalah penguasaan pasar yang dilakukan oleh satu atau
sedikit perusahaan.
Monopoli VOC dalam perdagangan di Indonesia adalah dengan membuat
perjanjian dengan kerajaan-kerajaan di Indonesia. Isinya, setiap kerajaan
hanya mengizinkan rakyat
menjual hasil bumi
kepada VOC. Karena
produsen sudah dikuasai VOC, maka pada saat rempah-rempah dijual,
harganya sangat turun. Sebaliknya, VOC menjualnya kembali ke Eropa dengan harga
yang sangat tinggi.
Selain monopoli, VOC juga melakukan politik devide et impera
yaitu politik adu domba antara kerajaan yang satu dengan kerajaan yang lain.
2.
Pengaruh
Kebijakan Kerja Paksa
Kerja
paksa pada masa penjajahan Belanda disebut dengan Rodi.
3.
Pengaruh
Sistem Sewa Tanah
Sistem sewa tanah atau landrent-system atau landelijk
stelsel. Sistem tersebut memiliki ketentuan, antara lain sebagai berikut:
a.
Petani
harus menyewa tanah meskipun dia adalah pemilik tanah tersebut.
b.
Harga sewa
tanah tergantung kepada kondisi tanah.
c.
Pembayaran
sewa tanah dilakukan dengan uang tunai.
d.
Bagi yang
tidak memiliki tanah dikenakan pajak kepala.
4.
Pengaruh
Sistem Tanam Paksa
Ketentuan kebijakan tanam paksa yang diberlakukan pemerintah
Hindia Belanda sangat memberatkan masyarakat Indonesia. Apalagi, pelaksanaannya
penuh dengan penyelewengan sehingga semakin menambah penderitaan rakyat
Indonesia. Banyak ketentuan yang dilanggar atau diselewengkan baik oleh pegawai
Belanda maupun pribumi. Praktik-praktik penekanan dan pemaksaan terhadap rakyat
tersebut antara lain sebagai berikut.
a.
Menurut
ketentuan, tanah yang digunakan untuk tanaman wajib hanya 1/5 dari tanah yang
dimiliki rakyat. Namun kenyataannya, selalu lebih bahkan sampai ½ bagian dari
tanah yang dimiliki rakyat.
b.
Kelebihan
hasil panen tanaman wajib tidak pernah dibayarkan.
c.
d.
Tanah yang
digunakan untuk tanaman wajib tetap dikenakan pajak.
PERTEMUAN 16
5.
Perlawanan
Terhadap Kolonialisme dan Imperialisme
a.
Perlawanan
terhadap Persekutuan Dagang
1) Sultan
Baabullah Mengusir Portugis
Konflik
antara kerajaan di Indonesia dan persekutuan/kongsi dagang Barat terjadi sejak
para kongsi dagang menunjukkan kecongkakannya. Sebagai contoh, Pada tahun 1529
terjadi perang antara Tidore dan Portugis.
2) Perlawanan
Aceh
Pada masa pemerintahan
Sultan Iskandar Muda (1607-1639), armada Aceh telah disiapkan untuk menyerang
kedudukan Portugis di Malaka. Saat itu, Aceh telah memiliki armada laut yang
mampu mengangkut 800 prajurit. Pada saat itu, wilayah Kerajaan Aceh telah
sampai di Sumatra Timur dan Sumatra Barat. Pada tahun 1629, Aceh mencoba
menaklukkan Portugis, tetapi penyerangan yang dilakukan Aceh ini belum berhasil
mendapat kemenangan. Meskipun demikian, Aceh masih tetap berdiri sebagai
kerajaan yang merdeka.
3) Ketangguhan
“Ayam Jantan dari Timur”
“Ayam Jantan dari Timur”
adalah sebutan Belanda terhadap Sultan Hasanudin yang dengan ketangguhannya
melawan Belanda.
Sultan Hasanuddin adalah
Raja Gowa di Sulawesi Selatan. Suatu ketika, Kerajaan Gowa (Sultan Hasanuddin)
dan Bone (Arung Palaka) berselisih paham. Hal
ini dimanfaatkan VOC
dengan mengadu domba kedua kerajaan tersebut. VOC memberikan
dukungan, sehingga Bone menang saat perang dengan Gowa tahun 1666. Sultan
Hassanuddin dipaksa menandatangani Perjanjian Bongaya pada 18
November 1667.
Perjanjian Bongaya adalah
perjanjian antara Sultan Hasanuddin dan VOC. Isi dari perjanjian Bongaya
sebagai berikut:
a) Belanda
memperoleh monopoli dagang rempah-rempah di Makassar;
b) Belanda
mendirikan benteng pertahanan di Makassar;
c) Makassar
harus melepaskan daerah kekuasaannya berupa daerah di luar Makassar;
d) Aru
Palaka diakui sebagai Raja Bone.
Perjanjian Bongaya telah
memangkas kekuasaan Kerajaan Gowa sebagai kerajaan terkuat di Sulawesi. Tinggal
kerajaan-kerajaan kecil, yang sulit melakukan perlawanan terhadap VOC.
4) Serangan
Mataram terhadap VOC
Pada awalnya, Mataram dengan
Belanda dianggap menjalin hubungan baik. Belanda diizinkan mendirikan benteng
gudang (loji) untuk kantor dagang di Jepara pada tahun 1615. Belanda juga
memberikan dua meriam untuk Kerajaan Mataram.
Perselisihan antara Mataram
dan Belanda terjadi karena nafsu monopoli Belanda. Pada tanggal 8 November
1618, Gubernur Jenderal VOC Jan Pieterzoon Coen memerintahkan van der Marct
menyerang Jepara. Kerugian Mataram sangat besar. Peristiwa tersebut
memperuncing perselisihan antara Mataram dan Belanda.
Raja Mataram Sultan Agung
segera mempersiapkan penyerangan terhadap kedudukan VOC di Batavia. Serangan
pertama dilakukan pada tahun 1628. Pasukan Mataram dipimpin Tumenggung Baurekso,
yang tiba di Batavia tanggal 22 Agustus 1628. Selanjutnya, menyusul pasukan
Tumenggung Sura Agul-Agul, dan kedua bersaudara yaitu Kiai Dipati Mandurejo dan
Upa Santa.
Pada tahun 1799, terjadi
peristiwa penting dalam sejarah kolonialisme dan imperialisme Barat di
Indonesia. VOC dinyatakan bangkrut
hingga dibubarkan. Keberadaan VOC sebagai kongsi dagang yang menjalankan roda
pemerintahan di negeri jajahan seperti di Indonesia tidak dapat dilanjutkan
lagi. Pada tanggal 31 Desember 1799, VOC dinyatakan bubar. Semua utang piutang
dan segala milik VOC diambil alih oleh pemerintah. Setelah dibubarkannya VOC,
Indonesia berada langsung di bawah pemerintah Hindia Belanda.
b.
Perlawanan
terhadap Pemerintah Hindia Belanda
1) Perang
Saparua di Ambon
Perang Saparua di Ambon dipimpin oleh Pattimura (Thomas
Matulesi). Dalam perlawanan
tersebut, turut serta pula seorang pahlawan wanita bernama Christina Martha Tiahahu yang merupakan
putri tunggal dari Paulus Tiahahu, teman dari Kapten Pattimura.
2) Perang
Paderi di Sumatra Barat (1821-1838)
Perlawanan kaum Padri dengan sasaran utama Belanda
meletus tahun 1821. Kaum Padri dipimpin Tuanku Imam Bonjol (M Syahab), Tuanku
nan Cerdik, Tuanku Tambusai, dan Tuanku nan Alahan. Perlawanan kaum Padri
berhasil membuat Belanda terpojok. Sementara itu, Belanda menghadapi perlawanan
Pangeran Diponegoro (1825-1830). Belanda sadar apabila pertempuran dilanjutkan,
Belanda akan kalah. Belanda pun mengajak
kaum Padri berdamai, yang diwujudkan di Bonjol tanggal 15 November 1825.
3) Perang
Diponegoro (1825-1830)
Perang Dipenogoro dipimpin langsung oleh Pangeran
Dipenogoro. Basis pengikut Dipenogoro adalah Tegalrejo. Pada tanggal 20 Juli
1825 Tegalrejo direbut dan dibakar oleh Belanda.
Diponegoro meninggalkan
kota dan
menyusun strategi perlawanan di luar
Kota Yogyakarta. Perang Jawa dikumandangkan (1825-1830) untuk mengusir Belanda. Perlawanan tersebut menular sampai Jawa Tengah
dan Jawa Timur.
Kekalahan Pangeran Dipenogoro adalah dengan jalan
tipu muslihat Belanda yang mengajak berunding, ternyata ketika Pangeran
Dipenogoro ditangkap dan diasingkan ke Menado, kemudian ke Makassar hingga
wafat tahun 1855.
PERTEMUAN 17
4) Perang Aceh
Taktik yang digunakan oleh Belanda setelah mengalami
berbagai kekalahan sehingga menguras keuangan yang cukup besar adalah dengan
mengadu domba antara golongan Uleebalang (bangsawan) dan kaum ulama.
Belanda menjanjikan kedudukan pada Uleebalang yang bersedia damai. Taktik ini
berhasil, banyak Uleebalang yang tertarik pada tawaran Belanda. Belanda
memberikan tawaran kedudukan kepada para Uleebalang apabila kaum ulama
dapat dikalahkan. Sejak tahun 1898, kedudukan Aceh semakin terdesak.
Banyak tokohnya yang gugur.Teuku Umar gugur dalam
pertempuran di Meulaboh pada 1899. Sultan Aceh Mohammad Daudsyah ditawan pada
tahun 1903 dan diasingkan hingga meninggal di Batavia. Panglima Polem Mohammad
Daud juga menyerah pada tahun 1903. Cut Nyak Dien, tokoh pemimpin perempuan,
ditangkap tahun 1906, kemudian diasingkan ke Sumedang.
5) Perlawanan
Sisingamangaraja, Sumatra Utara
Perlawanan terhadap Belanda
di Sumatra Utara dilakukan oleh
Sisingamangaraja XII. Perlawanan ini, yang dinamakan juga Perang Batak,
berlangsung selama 29 tahun. Pertempuran diawali dari Bahal Batu, yang
menjadi pusat pertahanan
Belanda tahun 1877.
Untuk menghadapi Perang
Batak, Belanda menarik pasukan dariAceh. Pasukan Sisingamangaraja dapat
dikalahkan setelah Kapten Christoffel berhasil mengepung benteng terakhir
Sisingamangaraja di Pakpak. Kedua putra beliau Patuan Nagari dan Patuan Anggi
ikut gugur, sehingga seluruh Tapanuli dapat dikuasai Belanda.
6) Perang
Banjar
Perang Banjar berawal ketika
Belanda campur tangan dalam urusan pergantian raja di Kerajaan Banjarmasin.
Belanda memberi dukungan kepada Pangeran Tamjidillah yang tidak disukai rakyat.
Perlawanan dilakukan oleh
Prabu Anom dan Pangeran Hidayat.
Pada tahun 1859, Pangeran Antasari
memimpin perlawanan setelah Prabu
Anom ditangkap Belanda. Pasukan Pangeran Antasari dapat
didesak. Pada tahun 1862,
Pangeran Hidayat menyerah, dan
berakhirlah perlawanan
Banjar di Pulau
Kalimantan. Perlawanan
benar-benar dapat dipadamkan pada tahun 1905
7) Perang
Jagaraga di Bali
Perang Jagaraga berawal
ketika Belanda dan Kerajaan di Bali bersengketa tentang hak tawan karang.
Hak tawan karang menyatakan bahwa setiap kapal yang kandas di perairan
Bali menjadi hak penguasa di daerah tersebut. Pemerintah Belanda memprotes raja
Buleleng yang menyita 2 (dua) kapal milik Belanda. Raja Buleleng tidak menerima
tuntutan, Persengketaanpun terjadi.
Pada tahun 1846 Belanda
menyerang dan berhasil menguasai Kerajaan Buleleng.
Raja Buleleng menyingkir ke
Jagaraga dibantu oleh Kerajaan Karangasem.
Setelah berhasil merebut
Benteng Jagaraga, Belanda melanjutkan ekspedisi militer tahun 1849. Dua kerajaan
Bali, yaitu Gianyar dan Klungkung menjadi sasaran Belanda pada tahun 1906.
seluruh kerajaan di Bali pun jatuh ke pihak Belanda setelah rakyat melakukan
perang habis-habisan sampai mati, yang dikenal dengan perang puputan jagaraga.
PERTEMUAN 18
C.
Tumbuh
dan Berkembangnya Semangat Kebangsaan
1.
Latar
Belakang Munculnya Nasionalisme Indonesia
a.
Perluasan
Pendidikan
Pada
tahun 1901, Pemerintah Belanda menerapkan politik etis, yaitu dalam bidang
irigasi/pengairan, emigrasi/transmigrasi, dan edukasi/pendidikan. Tiga
kebijakan tersebut sebenarnya bertujuan memperbaiki kondisi masyarakat yang
semakin terpuruk. Namun, pelaksanaan
kebijakan politik Etis tetap lebih berpihak kepada penjajah.
banyak
penyelewengan dalam Politik Etis, seperti:
1)
Irigasi
hanya untuk kepentingan perkebunan Belanda.
2)
Emigrasi/transmigrasi
hanya untuk mengirim orang-orang Jawa ke luar Jawa guna dijadikan buruh
perkebunan dengan upah murah.
3)
Pendidikan
hanya sampai tingkat rendah, yang bertujuan memenuhi pegawai rendahan.
Pendidikan tinggi hanya untuk orang Belanda dan sebagian anak pejabat.
Segi
positif yang paling dirasakan bangsa Indonesia adalah pendidikan. Semakin
banyak orang Indonesia berpendidikan modern, yang kemudian mempelopori gerakan
pendidikan, sosial, dan politik. Pengaruh pendidikan inilah yang melahirkan
para tokoh pemimpin pergerakan nasional Indonesia.
b.
Kegagalan
Perjuangan di Berbagai Daerah
Bangsa
Indonesia menyadari berbagai penyebab kegagalan perjuangan kemerdekaan pada
masa lalu. Salah satu penyebab kegagalan perjuangan tersebut adalah perlawanan
yang bersifat kedaerahan.
Memasuki
abad XX, corak perjuangan bangsa Indonesia berubah dari bersifat kedaerahan,
menuju perjuangan yang bersifat nasional.
Corak
perjuangan nasional bangsa Indonesia ditandai dengan momentum penting, yaitu
diikrarkannya Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928.
Teks
Sumpah Pemuda
c.
Rasa
Senasib Sepenanggungan, sebagai bangsa yang terjajah. Hal ini mendorong tekad
bersama untuk menghimpun kebersamaan dalam pergerakan kebangsaan Indonesia.
d.
Perkembangan
Organisasi Etnis, Kedaerahan, dan Keagamaan
Organisasi
pergerakan nasional tidak muncul begitu saja. Awalnya, organisasi yang berdiri
di Indonesia adalah organisasi etnis, kedaerahan, dan keagamaan.
Contoh
Organisasi Etnis, seperti Serikat Pasundan, Perkumpulan Kaum Betawi yang dipelopori oleh M Husni Thamrin. muncul juga
beberapa organisasi kedaerahan, seperti Trikoro Dharmo (1915), Jong Java
(1915), dan Jong Sumatranen Bond (1917).
Contoh
organsasi keagamaan, seperti: Jong Islamiten
Bond, Muda Kristen Jawi, Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, PERSIS (Persatuan Umat
Islam), dan Al-Jamiatul Washiyah.
e.
Berkembangnya
Berbagai Paham Baru
Paham-paham
baru seperti pan-Islamisme, nasoonalisme, liberalisme, sosialisme, dan
demokrasi menjadi salah satu pendorong pergerakan nasional Indonesia. Paham-
paham tersebut mengajarkan bagaimana langkah-langkah memperbaiki kondisi
kehidupan bangsa Indonesia. Berbagai paham tersebut memengaruhi berbagai
organisasi pergerakan nasional Indonesia.
f.
Berbagai
Peristiwa dan Pengaruh dari Luar Negeri
1)
Kemenangan
Jepang atas Rusia pada tahun 1905
2)
Berkembangnya
nasionalisme di berbagai negara
2.
Organisasi
Pergerakan Nasional Indonesia
a.
Budi Utomo
(BU)
Pada
tanggal 20 Mei 1908, Budi Utomo (BU) didirkan oleh tokoh mahasiswa kedokteran
yang sepakat untuk memperjuangkan nasib rakyat Indonesia. Mereka memlih dr.
Sutomo sebagai ketua, tokoh lain pendiri Budi Utomo adalah Gunawan, Cipto
Mangunkusumo, dan RT Ario Tirtokusumo.
b.
Sarekat
Islam (SI)
pada
tahun 1911 didirikan Serikat Dagang Islam (SDI) oleh KH Samanhudi dan RM
Tirtoadisuryo di Solo. Tujuan utama pada awalnya adalah melindungi kepentingan
pedagang pribumi dari ancaman pedagang Tiongkok.
Dalam
Kongres di Surabaya tanggal 30 September 1912, SDI berubah menjadi Sarekat
Islam (SI). Perubahan nama dimaksudkan agar kegiatan organisasi lebih terbuka
ke bidang-bidang lain, tidak hanya perdagangan. Pada tahun 1913, SI dipimpin
oleh Haji Umar Said Cokroaminoto.
c.
Indische
Partij (IP)
Indische
Partij (IP) adalah partai politik pertama di Indonesia. pendiri IP terkenal
dengan sebutan tiga serangkai, yakni
E.F.E. Douwes Dekker (Danudirjo Setiabudi), R.M. Suwardi Suryaningrat, dan dr
Cipto Mangunkusumo.
Indische
Partij dideklarasikan tanggal 25 Desember 1912. Tujuan IP sangat jelas, yakni
mengembangkan semangat nasionalisme bangsa Indonesia. Keanggotaannya pun
terbuka bagi semua golongan tanpa memandang suku, agama, dan ras.
d.
Perhimpunan
Indonesia (PI)
PI
semula bernama Indische Vereeniging,
didirikan oleh orang-orang Indonesia di Belanda pada tahun 1908. Pada tahun
1922, Indische Vereeniging berubah nama menjadi Indonesische Vereeniging dengan
kegiatan utama politik.
Pada tahun 1925 berubah menjadi Perhimpunan Indonesia (PI). Nama majalahnya Hindia Putra, yang kemudian berubah menjadi Indonesia Merdeka.
e.
Partai
Nasional Indonesia (PNI)
PartaiNasionalIndonesia(PNI)didirikan tanggal 4 Juli 1927 di Bandung,
dipimpin Ir Soekarno. Tujuan PNI adalah Indonesia
merdeka, dengan ideologi
nasionalisme. PNI mengadakan kegiatan konkret baik politik, sosial,
maupun ekonomi. Organisasi
ini terbuka dan
revolusioner, sehingga PNI cepat meraih anggota yang
banyak. Pengaruh Soekarno sangat meresap dalam lapisan masyarakat.
Keikutsertaan Hatta dalam kegiatan politik Soekarno semakin membuat PNI sangat
kuat.
PERTEMUAN 19
3.
Pergerakan
Nasional pada Masa Pendudukan Jepang
a.
Proses
Penguasaan Indonesia
Awal
mula tujuan Jepang menguasai Indonesia ialah untuk kepentingan ekonomi dan
politik. Jepang merupakan negara industri yang sangat maju dan sangat besar.
Jepang sangat menginginkan bahan baku industri yang tersedia banyak di
Indonesia untuk kepentingan ekonominya.
b.
Kebijakan
Pemerintah Militer Jepang
Jepang melakukan propaganda
dengan semboyan “Tiga
A” (Jepang Pemimpin Asia, Jepang Pelindung Asia, Jepang Cahaya Asia) untuk menarik simpati rakyat
Indonesia. Selain itu, Jepang menjanjikan kemudahan bagi bangsa Indonesia dalam
melakukan ibadah, mengibarkan bendera merah putih
yang berdampingan dengan bendera Jepang, menggunakan bahasa
Indonesia, dan menyanyikan lagu kebangsaan
“Indonesia Raya” bersama lagu kebangsaan Jepang “Kimigayo”.
Kemudahan-kemudahan yang diberikan Jepang ternyata hanya
janji manis belaka. Jepang ternyata menjajah Indonesia. Jepang melakukan
beberapa kebijakan untuk tujuan perang. Beberapa kebijakan tersebut adalah
sebagai berikut:
1)
Membentuk
Organisasi-organisasi Sosial seperti Gerakan 3A, Pusat Tenaga Rakyat, Jawa
Hokokai, dan Masyumi.
2)
Pembentukan
Organisasi Semi Militer, seperti Seinendan, Fujinkai, Keibodan, Heiho, dan
Pembela Tanah Air (Peta).
OrganisasiBarisanPemuda(Seinendan)dibentukpada9Maret1943.Tujuannya
adalah memberi bekal
bela negara agar siap mempertahankan tanah airnya.
Fujinkai merupakan himpunan kaum wanita di atas 15 tahun untuk
terikat dalam latihan semimiliter. Keibodan merupakan barisan pembantu polisi untuk laki-laki berumur 20-25
tahun. Heiho yang didirikan tahun 1943 merupakan organisasi prajurit pembantu tentara Jepang.
Adapun
Peta yang didirikan 3 Oktober 1943 merupakan pasukan bersenjata yang memperoleh
pendidikan militer secara khusus dari Jepang. Kelak, para eks-Peta memiliki
peranan besar dalam pertempuran melawan Jepang dan Belanda.
3)
Pengerahan
Romusha. Anggota-anggota romusha
dikerahkan oleh Jepang
untuk membangun jalan,
kubu pertahanan, rel kereta api, jembatan, dan sebagainya.
4)
Eksploitasi
Kekayaan Alam
Jepang tidak hanya menguras tenaga rakyat Indonesia.
Pengerukan kekayaan alam dan harta benda yang dimiliki bangsa Indonesia jauh
lebih kejam daripada pengerukan yang dilakukan oleh Belanda. Semua usaha yang
dilakukan di Indonesia harus menunjang semua keperluan perang Jepang.
Jepang
mengambil alih seluruh aset ekonomi Belanda dan mengawasi secara langsung
seluruh usahanya. Usaha perkebunan dan industri harus mendukung untuk keperluan
perang, seperti tanaman jarak untuk minyak pelumas. Rakyat wajib menyerahkan
bahan pangan besar-besaran kepada
Jepang. Jepang memanfaatkan Jawa
Hokokai dan intansi-instansi pemerintah lainnya. Keadaan inilah yang
semakin menyengsarakan rakyat Indonesia.
c.
Sikap Kaum
Pergerakan
1)
Memanfaatkan
Organisasi Bentukan Jepang
2)
Gerakan
Bawah Tanah
3)
Perlawanan
Bersenjata
a).
Perlawanan
Rakyat Aceh
b).
Perlawanan
Singaparna, Jawa Barat
c).
Perlawananan
Indramayu, Jawa Barat
d).
Perlawanan
Peta di Blitar, Jawa Timur
PERTEMUAN 20
4.
Perubahan
Masyarakat Indonesia pada Masa Penjajahan
a.
Perubahan
pada Masa Kolonial Barat
1)
Perluasan
Penggunaan Lahan
Pada masa penjajahan, terjadi perubahan besar dalam
perkembangan perkebunan di Indonesia. Penambahan jumlah lahan untuk tanaman
ekspor dilakukan di berbagai wilayah di Indonesia. Bukan hanya pemerintah
kolonial yang mengembangkan lahan perkebunan di Indonesia, tetapi juga
perusahaan-perusahaan swasta.
Pada masa pemerintah kolonial Hindia Belanda, banyak perusahaan
asing yang menanamkan investasi di
Indonesia. Berhektar-hektar hutan dibuka untuk
pembukaan lahan perkebunan.
2)
Persebaran
Penduduk dan Urbanisasi
Pembukaan perkebunan pada masa kolonial Barat di
Indonesia telah berhasil mendorong persebaran penduduk Indonesia. Pada akhir
abad XIX, Indonesia melakukan program Transmigrasi yang bertujuan untuk
menyebarkan tenaga kerja murah di berbagai perkebunan di Sumatra dan
Kalimantan.
3)
Pengenalan
Tanaman Baru
Pengaruh
pemerintah kolonial Barat di satu sisi memiliki pengaruh positif dalam
mengenalkan berbagai tanaman dan teknologi dalam pertanian dan perkebunan.
4)
Penemuan
Tambang-Tambang
Pembukaan
lahan pada masa kolonial Barat juga dilakukan untuk pertambangan minyak bumi, batu
bara, dan logam. Pembukaan lahan untuk
pertambangan ini terutama terjadi pada akhir abad XIX dan awal abad XX.
5)
Transportasi
dan Komunikasi
Pada
zaman penjajahan Belanda, banyak dibangun jalan raya, rel kereta api, dan
jaringan telepon. Misalnya pembangunan jalurAnyer-Panarukan yang dibangun pada masa
pemerintahan Daendels.
6)
Perkembangan
Kegiatan Ekonomi
7)
Mengenal
Uang
Pada masa kekuasaan kolonial Barat, uang mulai dikenalkan
sebagai alat pembayaran jasa tenaga kerja.
8)
Perubahan
dalam Pendidikan
Terdapat dua
pendidikan yang dikembangkan pada masa pemerintahan kolonial Barat.
Pertama adalah pendidikan yang dikembangkan oleh pemerintah, dan yang kedua
adalah pendidikan yang dikembangkan oleh masyarakat.
9)
Perubahan
dalam Aspek Politik
Kejayaan kerajaan-kerajaan pada
masa sebelum kedatangan
bangsa Barat satu per satu
mengalami kemerosotan bahkan keruntuhan. Pada masa kerajaan, rakyat diperintah
oleh raja yang merupakan bangsa Indonesia. Pada pemerintahan kolonial Barat,
rakyat diperintah oleh bangsa asing.
10) Perubahan dalam Aspek Budaya
Perubahan budaya yang terjadi pada masa penjajahan Belanda adalah
dalam seni bangunan, tarian, cara berpakaian, bahasa, dan teknologi.
PERTEMUAN 21
b.
Perubahan
Masyarakat pada Masa Penjajahan Jepang
1)
Perubahan
dalam Aspek Geografi
Terjadinya
eksploitasi kekayaan alam. Lahan yang merupakan penghasil produksi untuk jangka
waktu yang lama, dikembangkan menjadi lahan untuk menanam jarak sebagai bahan
baku minyak untuk mesin perang.
2)
Perubahan
dalam Aspek Ekonomi
Sistem
ekonomi perang Jepang membawa kemunduran dalam bidang perekonomian di
Indonesia. Putusnya hubungan dengan perdagangan dunia mempersempit kegiatan
perekonomian di Indonesia. Perkebunan tanaman ekspor diganti menjadi lahan
pertanian untuk kebutuhan sehari-hari.
3)
Perubahan
dalam Aspek Pendidikan
Kegiatan pendidikan dan pengajaran menurun. Sebagai
contoh, gedung sekolah dasar menurun
dari 21.500 menjadi
13.500 buah; gedung sekolah lanjutan menurun dari 850 menjadi 20 buah.
Kegiatan perguruan tinggi macet. Sementara
itu, pengenalan budaya
Jepang dilakukan di berbagai sekolah
di Indonesia. Bahasa Indonesia dapat menjadi bahasa
pengantar sementara bahasa Jepang menjadi bahasa utama.
4)
Perubahan
dalam Aspek Politik
Propaganda Jepang berhasil
memengaruhi masyarakat Indonesia.
Dengan alasan untuk membebaskan bangsa Indonesia dan penjajahan Belanda, Jepang
mulai mendapat simpati rakyat.
Jepang melarang dan membubarkan semua organisasi pergerakan politik yang pernah ada di masa kolonial Belanda.
Hanya MIAI yang kemudian
diperbolehkan hidup karena organisasi
ini dikenal sangat anti budaya Barat (Belanda).
5)
Perubahan
dalam Aspek Budaya
Jepang berusaha ‘menjepangkan’ Indonesia. Ajaran Shintoisme diajarkan pada masyarakat
Indonesia. Kebiasaan menghormat matahari dan menyanyikan lagu Kimigayo
merupakan salah satu pengaruh pada masa pendudukan Jepang.
Perkembangan
Bahasa Indonesia pada masa pendudukan Jepang mengalami kemajuan. Pada tanggal
20 Oktober 1943, atas desakan dari beberapa tokoh Indonesia, didirikanlah
Komisi (Penyempurnaan) Bahasa Indonesia. Tugas Komisi adalah menentukan
istilah-istilah modern dan menyusun suatu tata bahasa normatif serta menentukan
kata-kata yang umum bagi bahasa Indonesia.
PERTEMUAN 22
Evaluasi